Bloggeria

Bloggeria

Minggu, 05 Oktober 2014



Menikmati Keindahan Pulau Tidung



Udara begitu terhirup segar, embun menetes di dedaunan, suara senyap semilir angin memotret suasana pagi hari sabtu, 25 Mei 2013. Hari itu merupakan hari yang menggembirakan karena lebih dari sehari saya dan rombongan melakukan petualangan ke pulau Tidung di kepulauan seribu.
Siapa yang tidak tahu pulau Tidung, pulau dengan sejuta pesona luar dalam mencirikan kekhasan kepulauan indonesia yang sangat beragam. Berbondong – bondong masyarakat mengintip dan melacak informasi yang bertebaran di jejaring sosial tentang pulau ini. Walau ini bukan kali pertama saya mengunjungi pulau ini, namun tidak ada terbesit kata bosan untuk berkunjung kesekian kalinya. Untungnya salah satu teman saya yang menawarkan paket murah Rp.125.000 untuk 2 hari 1 malam dengan pelayanan dan fasilitas yang memuaskan.
Matahari belum terlihat di pagi buta, saya beserta rombongan bersiap melaju ke muara angke pukul 05:00 WIB. perjalanan dimulai dari Bekasi menuju muara angke. Dibutuhkan sekitar 2 jam perjalanan menuju tempat tujuan.
Sungguh terlihat kehidupan masyarakat muara angke yang setiap hari menangani hasil air laut dan bermayoritaskan nelayan. Mesti, terlihat muka ketidaknyaman pada beberapa orang, nampaknya kehidupan ini sudah menjadi rutinitas.
Kapal jet yang siap mengangkut sudah terlihat dipinggir dermaga, sangat senang melihat bentuk yang lebih sempurna dibandingkan dengan yang difoto. Pukul 8:15 WIB kapal mulai berlabuh. Tentunya, untuk meminimalisir rasa mabuk lauk, saya membawa perlengkapan obat lengkap. Ditengah – tengah perjalanan, terlihat penumpang lalu lalang dan membuat saya penasaran ada apakah di bagian atas kapal. Saya pun memberanikan diri bangun dari kursi dan berdiri menuju bagian atas kapal. Menaiki anak tangga yang sangat sedikit jumlahnya. Membuka atap kapal, angin pun terhembus begitu kencang. Saya seperti berada di bagian penting film “Titanic” 1997, bagian dimana Rose dan Jack berada di atas kapal, dan berada pas di atas laut. Ini sangat luar biasa. Saya harus menghilangkan rasa takut saya untuk menikmati keajaiban alam ini, di atas lautan yang luas. Kebisuan menyimpan segalanya, rasa takjub, rasa kagum, rasa senang. Semoga problematika sungguh tidak terpikirkan. Saya lihat sekeliling saya, ada yang berfoto bersama, bersenda gurau dan tertidur oleh ayunan angin laut. 



Pulau tidung terlihat jelas didepan mata, tidak banyak berubah dari terkahir kali saya berkunjung, seorang pemandu melambaikan tangannya kepada kami, dialah yang akan menemani perjalanan kami penuh hingga esok hari. Saya berjalan menyusuri rumah – rumah penduduk. Melihat kehidupan masyarakat yang jauh dari kediaman saya tinggal, jauh dari hirup penat metropolitan, jauh dari kemewahan gedung – gedung tinggi perkotaan dan sangat dekat dengan laut.
Waktu menunjukan pukul 13:20 WIB, setiba di penginapan, sudah disajikan makan siang sesuai jumlah peserta yang ikut. Makanan yang disajikan tidak jauh beda dengan makanan di bekasi. Lalu perjalanan dimulai dengan bersiap – siap berlayar untuk snorkeling. Bagi wanita, perawatan tubuh merupakan hal penting, dan selalu siap sedia perlatan make – up. Berganti pakaian renang, dengan memakai sunblock, kami keluar bersama dan berjalan menuju dermaga sambil membawa perlengkapan lengkap. Mesti di panas yang terik, tak ada rasa lelah terlihat. Saya sangat bersemangat sekali. Ini merupakan kali ke dua saya ber-snorkeling. 








Perahu kaya kecil dan bermesin siap mengantar kami menuju tengah hamparan laut yang luas. Banyak perahu berlabuh di wilayah yang sama. Perahu berhenti, inilah tempat kami akan melakukan snorkeling, bagi yang belum biasa mungkin ini akan menjadi hal yang agak menakutkan, salah satu rombongan, bernama ka sigma, tidak bisa menahan rasa takutnya melakukan snorkeling. Persiapan lengkap. kaca mata sudah terpasang. Satu, dua, tiga saya melompat dari perahu dan berenang kedalam laut. Saya melihat jelas ikan – ikan dibawah laut. Saya berenang kesana kemari, merasakan kesegaran air laut ditubuh saya.
Setelah menghabiskan kurang lebih 2 jam. Pemandu kami, meminta kami naik ke perahu karena gulungan ombak akan nampak lebih besar. Setelah tiba di dermaga, kami berjalan dipinggiran laut dan mengantri untuk Banana Boat, setelah selesai, kami menuju penginapan untuk mebilas pakaian basah.
“Biasanya kalo liburan pasti ramai disini, jadi semakin lama hari libur, semakin ramai juga disini.” Ujar pemandu kami.
Sepeda terparkir rapih dihalaman penginapan, fasilitas sepeda gratis sudah termasuk dalam daftar paket wisata. Yang patut saya pertanyakan entah saya masih bisa mengendarai sepeda atau tidak. Seusai maghrib, pemandu kami mengajak saya dan rombongan makan malam di rumah makan di pinggir laut. Setelah jajan saya berjalan menuju landmark paling terkenal dari pulau tidung yaitu jembatan cinta. Menelusuri jembatan semalaman, menikmati keindahan laut malam, angin yang sejuk dan berfoto bersama. Saya menikmati setiap langkah kaki yang saya ayunkan, setiap langkah memiliki makna yang sungguh berarti dan membekas dalam memori saya karena waktu tidak akan menurunkan setiap detiknya. 



Sebelum tidur malam, kami bersepeda bersama mengelilingi pulau tidung. Menelusuri sisi kehidupan Tidung, mengeksplor tempat – tempat yang belum terlihat. Sesampainya, menu bakar – bakar ikan sudah tersedia. Kami bersiap – siap untuk membakar ikan bersama. Menyantap menu spesial ini bersama. Canda tawa dalam berbagi makan bersama akan teringat jelas. Sudah full kegiatan satu hari ini, kami pun terlelap tidur menunggu kegiatan selanjutnya.
Matahari bersinar dan memancarkan cahayanya, kami bergegas menanti kegiatan selanjutnya. Camera Underwater dan Wisata Air dan Makan – makan sebelum bergegas meninggalkan pulau ini. Seperti biasa, perlatan siap menempel ditubuh saya. Saya menyelam dan memotret keindahan laut. Cukup lama waktu kami menghabiskan, lalu kami bergegas menuju tempat wisata air. Karena diluar biaya paket, saya membayar untuk menikmati wahana air baru untuk saya yaitu Donat Air. saya terkejut dengan sensasi yang diberikan oleh wahana air ini. Saya merasa duduk ditarik diatas air. 









Namun, jam 12: 00 WIB. Kami harus meninggalkan penginapan. Segera kami pulang dan mengemas barang – barang kami. Setelah itu kami mampir ke sebuah restoran terdekat sambil menunggu kapal tiba. Membelanjakan uang untuk barang – barang khas pulau Tidung.
Pukul 13:00 WIB, kapal sudah tiba, dan menandakan bahwa saya harus berpisah dengan rombongan. Sangat sedih meninggalkan pulau ini, pulau yang mengajari banyak tentang kebudayaan, kehidupan laut dan kesederhanaan masyarakat. Tentunya tidak akan pernah hilang dari benak keindahan pulau ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar