Menikmati Keindahan Pulau Tidung
Udara
begitu terhirup segar, embun menetes di dedaunan, suara senyap semilir angin
memotret suasana pagi hari sabtu, 25 Mei 2013. Hari itu merupakan hari yang
menggembirakan karena lebih dari sehari saya dan rombongan melakukan
petualangan ke pulau Tidung di kepulauan seribu.
Siapa
yang tidak tahu pulau Tidung, pulau dengan sejuta pesona luar dalam mencirikan
kekhasan kepulauan indonesia yang sangat beragam. Berbondong – bondong
masyarakat mengintip dan melacak informasi yang bertebaran di jejaring sosial
tentang pulau ini. Walau ini bukan kali pertama saya mengunjungi pulau ini,
namun tidak ada terbesit kata bosan untuk berkunjung kesekian kalinya. Untungnya
salah satu teman saya yang menawarkan paket murah Rp.125.000 untuk 2 hari 1
malam dengan pelayanan dan fasilitas yang memuaskan.
Matahari
belum terlihat di pagi buta, saya beserta rombongan bersiap melaju ke muara
angke pukul 05:00 WIB. perjalanan dimulai dari Bekasi menuju muara angke.
Dibutuhkan sekitar 2 jam perjalanan menuju tempat tujuan.
Sungguh
terlihat kehidupan masyarakat muara angke yang setiap hari menangani hasil air
laut dan bermayoritaskan nelayan. Mesti, terlihat muka ketidaknyaman pada
beberapa orang, nampaknya kehidupan ini sudah menjadi rutinitas.
Kapal
jet yang siap mengangkut sudah terlihat dipinggir dermaga, sangat senang
melihat bentuk yang lebih sempurna dibandingkan dengan yang difoto. Pukul 8:15 WIB
kapal mulai berlabuh. Tentunya, untuk meminimalisir rasa mabuk lauk, saya
membawa perlengkapan obat lengkap. Ditengah – tengah perjalanan, terlihat
penumpang lalu lalang dan membuat saya penasaran ada apakah di bagian atas
kapal. Saya pun memberanikan diri bangun dari kursi dan berdiri menuju bagian
atas kapal. Menaiki anak tangga yang sangat sedikit jumlahnya. Membuka atap
kapal, angin pun terhembus begitu kencang. Saya seperti berada di bagian
penting film “Titanic” 1997, bagian dimana Rose dan Jack berada di atas kapal,
dan berada pas di atas laut. Ini sangat luar biasa. Saya harus menghilangkan
rasa takut saya untuk menikmati keajaiban alam ini, di atas lautan yang luas.
Kebisuan menyimpan segalanya, rasa takjub, rasa kagum, rasa senang. Semoga
problematika sungguh tidak terpikirkan. Saya lihat sekeliling saya, ada yang
berfoto bersama, bersenda gurau dan tertidur oleh ayunan angin laut.
Pulau
tidung terlihat jelas didepan mata, tidak banyak berubah dari terkahir kali
saya berkunjung, seorang pemandu melambaikan tangannya kepada kami, dialah yang
akan menemani perjalanan kami penuh hingga esok hari. Saya berjalan menyusuri
rumah – rumah penduduk. Melihat kehidupan masyarakat yang jauh dari kediaman
saya tinggal, jauh dari hirup penat metropolitan, jauh dari kemewahan gedung –
gedung tinggi perkotaan dan sangat dekat dengan laut.
Waktu
menunjukan pukul 13:20 WIB, setiba di penginapan, sudah disajikan makan siang
sesuai jumlah peserta yang ikut. Makanan yang disajikan tidak jauh beda dengan
makanan di bekasi. Lalu perjalanan dimulai dengan bersiap – siap berlayar untuk
snorkeling. Bagi wanita, perawatan tubuh merupakan hal penting, dan selalu siap
sedia perlatan make – up. Berganti pakaian renang, dengan memakai sunblock,
kami keluar bersama dan berjalan menuju dermaga sambil membawa perlengkapan
lengkap. Mesti di panas yang terik, tak ada rasa lelah terlihat. Saya sangat
bersemangat sekali. Ini merupakan kali ke dua saya ber-snorkeling.
Perahu
kaya kecil dan bermesin siap mengantar kami menuju tengah hamparan laut yang luas.
Banyak perahu berlabuh di wilayah yang sama. Perahu berhenti, inilah tempat
kami akan melakukan snorkeling, bagi yang belum biasa mungkin ini akan menjadi
hal yang agak menakutkan, salah satu rombongan, bernama ka sigma, tidak bisa
menahan rasa takutnya melakukan snorkeling. Persiapan lengkap. kaca mata sudah
terpasang. Satu, dua, tiga saya melompat dari perahu dan berenang kedalam laut.
Saya melihat jelas ikan – ikan dibawah laut. Saya berenang kesana kemari,
merasakan kesegaran air laut ditubuh saya.
Setelah
menghabiskan kurang lebih 2 jam. Pemandu kami, meminta kami naik ke perahu
karena gulungan ombak akan nampak lebih besar. Setelah tiba di dermaga, kami
berjalan dipinggiran laut dan mengantri untuk Banana Boat, setelah selesai,
kami menuju penginapan untuk mebilas pakaian basah.
“Biasanya
kalo liburan pasti ramai disini, jadi semakin lama hari libur, semakin ramai
juga disini.” Ujar pemandu kami.
Sepeda
terparkir rapih dihalaman penginapan, fasilitas sepeda gratis sudah termasuk
dalam daftar paket wisata. Yang patut saya pertanyakan entah saya masih bisa
mengendarai sepeda atau tidak. Seusai maghrib, pemandu kami mengajak saya dan
rombongan makan malam di rumah makan di pinggir laut. Setelah jajan saya
berjalan menuju landmark paling terkenal dari pulau tidung yaitu jembatan
cinta. Menelusuri jembatan semalaman, menikmati keindahan laut malam, angin
yang sejuk dan berfoto bersama. Saya menikmati setiap langkah kaki yang saya
ayunkan, setiap langkah memiliki makna yang sungguh berarti dan membekas dalam
memori saya karena waktu tidak akan menurunkan setiap detiknya.
Sebelum
tidur malam, kami bersepeda bersama mengelilingi pulau tidung. Menelusuri sisi
kehidupan Tidung, mengeksplor tempat – tempat yang belum terlihat. Sesampainya,
menu bakar – bakar ikan sudah tersedia. Kami bersiap – siap untuk membakar ikan
bersama. Menyantap menu spesial ini bersama. Canda tawa dalam berbagi makan
bersama akan teringat jelas. Sudah full kegiatan satu hari ini, kami pun
terlelap tidur menunggu kegiatan selanjutnya.
Matahari
bersinar dan memancarkan cahayanya, kami bergegas menanti kegiatan selanjutnya.
Camera Underwater dan Wisata Air dan Makan – makan sebelum bergegas
meninggalkan pulau ini. Seperti biasa, perlatan siap menempel ditubuh saya.
Saya menyelam dan memotret keindahan laut. Cukup lama waktu kami menghabiskan,
lalu kami bergegas menuju tempat wisata air. Karena diluar biaya paket, saya
membayar untuk menikmati wahana air baru untuk saya yaitu Donat Air. saya
terkejut dengan sensasi yang diberikan oleh wahana air ini. Saya merasa duduk
ditarik diatas air.
Namun,
jam 12: 00 WIB. Kami harus meninggalkan penginapan. Segera kami pulang dan
mengemas barang – barang kami. Setelah itu kami mampir ke sebuah restoran
terdekat sambil menunggu kapal tiba. Membelanjakan uang untuk barang – barang
khas pulau Tidung.
Pukul
13:00 WIB, kapal sudah tiba, dan menandakan bahwa saya harus berpisah dengan
rombongan. Sangat sedih meninggalkan pulau ini, pulau yang mengajari banyak
tentang kebudayaan, kehidupan laut dan kesederhanaan masyarakat. Tentunya tidak
akan pernah hilang dari benak keindahan pulau ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar